Dik
Dikk..
Detik tak akan pernah melamban, meski kau melemparnya berulangulang,
waktu itu tak pernah mati, sayang. Hanya kita yang tak pernah belajar paham.
Aku pernah berjalan kearah yang salah, kamu yang tak menemui arah, lalu kita saling terjatuh pada tujuan yang tak sama.
Kini waktu berlari bahkan mengejarku dan kamu tiada henti.
Adakah kau lupa pada segaris hujan yang jatuh tepat di garis mata, atau pada sedentingan peluh pada retina,
hai, kita ini warna yang masih pudar sayang, putih masih terlalu jauh, semenjak gelap lingkup dalam
purnamapurnama resah. Ahh malam tua itu khianat, sehingga siang kaku di tempat.
Diamlah, aku lagi mengeja masa, saat anakanak kenangan berlarian di kepala, aku takut, kesaktannya perih, serupa sayatan luka yang kemarin aku endapkan. Tak membeku, karena awan terlalu cepat jatuh.
Detik tak akan pernah melamban sayang, meski aku mengikatnya ke seluruh tiang,
aku, kamu, dan semua sama,adalah warna yang masih mencari rona.
Mari, kita selesaikan ini, ajarkan aku kembali, atau gandeng
tangan yang luka ini. Akan ku tunjukkan kepadamu hati yang paling hati...
(Hans)"Balada senja savana"
Komentar