Rindu
rin,
ini malam yang keberapa
sejak kepergianmu beberapa waktu yang lalu
aku hampir lupa hitungannya
bahkan nyaris otak ku rancu
rin,
purnama sering timbul tenggelam
kadang hilang
bahkan pernah dia malumalu mengintipku
rin,
aku tak mampu menghitungnya
airmata hampir bersenyawa
dengan pipi mengembun basah
rin,
haruskah ku sobek lagi
penghitungan kalender malam
lalu ku kumpulkan di bawah kenangan?
bahkan, itu juga tak mampu ku lakukan
masih saja cemas melekat
bergantung dengan detak jam di dinding
mengikuti perginya angin
rin,
aku paham
jika daun masih bermanja layu
mecekat pandangmu
mempermainkan angan
rin,
bukankah engkau
yang mengalungkan puisi
dengan detakan hati
seperti pagi dengan mentari
malam berteman bintang
siang berwajah gemawan
dan engkau yang tak pernah lepas mengikat ingatanku
Komentar