sejenak saja


Jika aku masih kau anggap gagu,
maka rembulan adalah teman baikku,
karena aku banyak berguru padanya,
menimba ilmu tentang kesabaran,
dan kami sama-sama tak suka banyak bicara.

Aku tak ingin membalas fitnahmu,
sekeji apapun itu adalah bagian dari cerita,
yang harus kuhadapi dengan senyuman,
dan aku tak pernah bergeming dari sikapku,
karena aku tak ada urusan dengan kebencian.

Lihatlah kobaran api itu,
semua setuju kalau dia adalah pemusnah,
tapi setiap insan membutuhkan keberadaannya,
menikmati kehangatan dan terang sinarnya,
maka jangan pandang sesuatu hanya dari sisi kirinya.

Tak sadarkah kau dengan segala gunjinganmu,
menebarkan noda-noda hitam di wajahku,
mempermalukanku hingga anak cucu,
andai semua itu belum mampu memuaskanmu,
maka nodai aku sekali lagi

ntahlah..
Kalau dapat ku karang puisi cinta
persis hati jiwa yang gembira
melakar senyuman pastinya
... akan ku lompat terbang burung
... tinggi di awan tiada murung
... tiada lagi duka ditarung
... sungguh kala itu mahu ku beruntung
Tapi..
apa daya ku
apa ada ku
apa asa ku
Dilingkari nostalgia bahagia
yang akhirnya terlingkup mati
Dilingkari kenangan indah
yang akhirnya airmata meniti
Dilingkari syu'ur sa'adah
yang akhirnya tak kekal di hati
Aduhai melati
menyusun aksara puisi cinta.. aku buntu
melirik lagu mekar.. aku kaku
kerana tulisan ku hanya mampu
.. menyeru jiwa yang rindu
.. menyeka hati yang pilu
Oh..aduhai



"Pada Sepi"

Kuingin kau, jamu rindu di bawah terik seperti kemarin lusa. Tanpa jeda kita tapaki duka di sela suka. Hingga malam membelah kau terbelah. Kita berpisah tanpa kesepakatan. Sama-sama palingkan muka ke tujuan yang tak lagi searah. Masih kuingin kau singgahi hati. Sekali. Untuk lengkapi sepi.





terlalu...
Rinai luruh menyemarakkan rasa...

Kupandangi butirannya satu-satu laksana tirai sutera...

Ada yang menggejolak memahat rasa jiwaku

Ya Allah.......... aku tak paham ini.........

Ini rinai yang tlah berjuta kali kutemui...

Kunikmati tanpa sempat termaknai

Terlalu memang........

Sedangkan ia tercipta tentulah ada hakikatnya

Dan aku ??

Hanya sempat menyebut namanya.... “HUJAN”.....

Tanpa sempat memahami dan mengerti, mengapa tercipta HUJAN...

Ya Tuhan.......... insan apakah aku ini??

Bersyukur pun tidak....

Terlalu memang..........

Dan kini, ketika kehadirannya kusadari dan ingin kumaknai....

Kucoba untuk mengerti tentang gemuruhnya

Kupejamkan mata........

Ya Allah............ dinginnya sungguh mendamaikan jiwaku

Kurasai tajamnya butiran rinai menghujam wajahku

Aku hanya bisa menikmati kesejukannya

Tanpa sempat memahami.....

Terlalu memang......................



sketsa hati

Komentar

Postingan Populer