Menunggu sialang bungkuk
Kami adalah pemilik rindu yang berdiam diri di
kamar pengap
bersusun-susun menghitung hari ke belakang
mengintip detik, menit dan hari-hari serta tahun-
tahun yang terbengkalai untuk sekedar
menunggu
Menunggumu!
Ya, kami hanya menunggu sepatah ucap
menunaikan seikat harap yang kami letakkan di
sudut bibirmu
kami bukan pengemis, hanya terlalu sabar
menanti jawab
Kami adalah sekumpulan wajah-wajah cemas
yang menanti dengan rindu
rindu sekali
pada tatap tatap teduh yang biasa kau sajikan di
setiap perjamuan, setiap pertemuan
Disini, di kamar pemilik rindu ini biasanya kami
rebah menatap langit-langit
bercengkerama dengan terpaksa
bercerita tentang gadis-gadis pujaan yang entah
sampai kapan menggantung sapu tangan biru
di depan pintu, semoga bukan hanya sebagai
penghapus pilu nan ngilu
Kamar ini adalah labirin yang memenjarakan
orang-orang seperti kami
tak ada celah untuk keluar
bahkan melihat cahaya semesta
kami terperangkap, di kamar yang kau sediakan
buat menunggu
padahal kami hanya menungg satu
Jawabmu!
Tentang cinta yang kami tawarkan
tentang kasih sayang yang kami obral ke depan
matamu
lalu kau hanya tersenyum, melempar desis
melukis luka, di dada
sketsa hati
kamar pengap
bersusun-susun menghitung hari ke belakang
mengintip detik, menit dan hari-hari serta tahun-
tahun yang terbengkalai untuk sekedar
menunggu
Menunggumu!
Ya, kami hanya menunggu sepatah ucap
menunaikan seikat harap yang kami letakkan di
sudut bibirmu
kami bukan pengemis, hanya terlalu sabar
menanti jawab
Kami adalah sekumpulan wajah-wajah cemas
yang menanti dengan rindu
rindu sekali
pada tatap tatap teduh yang biasa kau sajikan di
setiap perjamuan, setiap pertemuan
Disini, di kamar pemilik rindu ini biasanya kami
rebah menatap langit-langit
bercengkerama dengan terpaksa
bercerita tentang gadis-gadis pujaan yang entah
sampai kapan menggantung sapu tangan biru
di depan pintu, semoga bukan hanya sebagai
penghapus pilu nan ngilu
Kamar ini adalah labirin yang memenjarakan
orang-orang seperti kami
tak ada celah untuk keluar
bahkan melihat cahaya semesta
kami terperangkap, di kamar yang kau sediakan
buat menunggu
padahal kami hanya menungg satu
Jawabmu!
Tentang cinta yang kami tawarkan
tentang kasih sayang yang kami obral ke depan
matamu
lalu kau hanya tersenyum, melempar desis
melukis luka, di dada
sketsa hati
Komentar