Menanti pagi
sketsa hati
aku berdoa
bagi penempur-penempur gigih
melewati serbu panas mentari dan cabikan dingin malam
‘semoga baju kalian tak tembus peluru ke-putus-asa-an
atau granat ke-tidak-adil-an serta bom kedengkian’
lewati belukar dan gurun
meski berbusana compang-camping serta kesederhanaan
mari ciptakan
bahwa lapar adalah bagian ibadah
bahwa kekurangan adalah langkah semasa suatu keberhasilan
bahwa selayaknya Sang Maha Berhak menerima semua syukur di segala waktu dan keadaan
maka lihatlah
rezekimu akan datang sebagai hujan bala bantuan
membanjiri rumahmu dan keluargamu
hanya perhatikanlah ini
waspadalah setelah menerima dahsyatnya nikmat
ketinggian hati serta cinta diri mengintai bak musuh dalam selimut...
----------
ini warna lain
ketika saat raya tiba
setiap kita akan bersiap menempuh jarak
hanya untuk menghirup kembali udara lingkungan asal
(pesanku bagi yang belum sempat :
bertahanlah,
rasa itu laksana pengantin baru yang belum mendapatkan malam pertamanya
piss...aahhh ...)
...
mengapa raga ini
terasa kaku dan
terus membisu,
seakan tak berdaya lagi
sedangkan jiwaku
terus melayang dan
tak pernah berhenti
melintasi alam
ada apa dengan ini semua,
apakah raga ini
enggan menyatu
dalam jiwa ini lagi?
sungguh sangat menyesatkan dada,
rasa ini seakan menyatu ke dalam sukmaku...
¤ Instruksi Bagi Para Penyair ¤
Segurat rasa bebas telanjang
Merdeka menggelitik tiada kungkungan
Sekobar hasrat tersebar membius
Laki-laki dan perempuan bersetubuh rasa belaka ,
Ngembara dijalan pedang tumpul
Para penyair bertarung picik
Sengit bermain dirimba bahasa jiwa
Musuh menyelinap rebah diujung tikaman ,
Menakar rasa liat khianat
Dibalik jubah sembunyi melontar
Raga manusia menyerupai Iblis-iblis
Berkeliaran mencari mangsa melumpuhkan ,
Wahai....!
para manusia berhati polos laknat
Para penjilat bajingan pentas panggung sandiwara
Menjamah jua bathin
Menista , menusuk , mengelabui tetamu
Tertemukan lagi sapaan takzim diruangan
Terkurung labirin belukar lumpur
Cari indeks alamat rahasia
Bumi bersimbah bak majikan mesti disembah .
Penyair itu mandi mandi seperti kita semua mandi
diambang pintu tubuhnya
membayang peluh bumi
dicopotnya baju
yang sekedar tipu
dihempasnya kucel tubuh
silam lama ngangkangi ruh
Ia loloskan juga
tulang tulang miskin
menggantungkannya sembarang
pada centelan kenang
lantas khusyuk sabuni badan
mimpi yang dipenuhi daki
cinta tambah meluntur
umur sebentar tergusur
penyair itu mandi
mandi seperti saya mandi
keluar dari pintu tubuhnya
mewangi aroma semerbak.
bagi penempur-penempur gigih
melewati serbu panas mentari dan cabikan dingin malam
‘semoga baju kalian tak tembus peluru ke-putus-asa-an
atau granat ke-tidak-adil-an serta bom kedengkian’
lewati belukar dan gurun
meski berbusana compang-camping serta kesederhanaan
mari ciptakan
bahwa lapar adalah bagian ibadah
bahwa kekurangan adalah langkah semasa suatu keberhasilan
bahwa selayaknya Sang Maha Berhak menerima semua syukur di segala waktu dan keadaan
maka lihatlah
rezekimu akan datang sebagai hujan bala bantuan
membanjiri rumahmu dan keluargamu
hanya perhatikanlah ini
waspadalah setelah menerima dahsyatnya nikmat
ketinggian hati serta cinta diri mengintai bak musuh dalam selimut...
----------
ini warna lain
ketika saat raya tiba
setiap kita akan bersiap menempuh jarak
hanya untuk menghirup kembali udara lingkungan asal
(pesanku bagi yang belum sempat :
bertahanlah,
rasa itu laksana pengantin baru yang belum mendapatkan malam pertamanya
piss...aahhh ...)
...
SAAT JIWA TERLEPAS
mengapa raga ini
terasa kaku dan
terus membisu,
seakan tak berdaya lagi
sedangkan jiwaku
terus melayang dan
tak pernah berhenti
melintasi alam
ada apa dengan ini semua,
apakah raga ini
enggan menyatu
dalam jiwa ini lagi?
sungguh sangat menyesatkan dada,
rasa ini seakan menyatu ke dalam sukmaku...
¤ Instruksi Bagi Para Penyair ¤
Segurat rasa bebas telanjang
Merdeka menggelitik tiada kungkungan
Sekobar hasrat tersebar membius
Laki-laki dan perempuan bersetubuh rasa belaka ,
Ngembara dijalan pedang tumpul
Para penyair bertarung picik
Sengit bermain dirimba bahasa jiwa
Musuh menyelinap rebah diujung tikaman ,
Menakar rasa liat khianat
Dibalik jubah sembunyi melontar
Raga manusia menyerupai Iblis-iblis
Berkeliaran mencari mangsa melumpuhkan ,
Wahai....!
para manusia berhati polos laknat
Para penjilat bajingan pentas panggung sandiwara
Menjamah jua bathin
Menista , menusuk , mengelabui tetamu
Tertemukan lagi sapaan takzim diruangan
Terkurung labirin belukar lumpur
Cari indeks alamat rahasia
Bumi bersimbah bak majikan mesti disembah .
Penyair itu mandi mandi seperti kita semua mandi
diambang pintu tubuhnya
membayang peluh bumi
dicopotnya baju
yang sekedar tipu
dihempasnya kucel tubuh
silam lama ngangkangi ruh
Ia loloskan juga
tulang tulang miskin
menggantungkannya sembarang
pada centelan kenang
lantas khusyuk sabuni badan
mimpi yang dipenuhi daki
cinta tambah meluntur
umur sebentar tergusur
penyair itu mandi
mandi seperti saya mandi
keluar dari pintu tubuhnya
mewangi aroma semerbak.
Bukanlah saat dimana engkau mampu memperhatikan seseorang dengan sepenuh
hatimu. Juga bukan saat dimana engkau menyayangi dia sepenuh seluruh
yang kau curah. Apalagi dengan memberikan segala yang kau punya, inginmu
agar itu dapat membhagiakan. Sadarilah, itu hanyalah sebagian kecil
dari makna terkandung dari pengartian CINTA.
Bahwasanya ketika engkau mampu benar² menjaga rasa dan perasaanya,
dengan sesungguh agar engkau tak melakukan apa yang menjadikan duri
dalam dada. Ketika engkau telah mampu untuk menjaga kesucian rasa yang
menggelora, dan tidak mengotorinya dengan luka yang kau hujam. Inilah
wujud hakikat pengertian yang akan mengabadikan CINTA dalam keabadian
rasa yang terjaga.
hatimu. Juga bukan saat dimana engkau menyayangi dia sepenuh seluruh
yang kau curah. Apalagi dengan memberikan segala yang kau punya, inginmu
agar itu dapat membhagiakan. Sadarilah, itu hanyalah sebagian kecil
dari makna terkandung dari pengartian CINTA.
Bahwasanya ketika engkau mampu benar² menjaga rasa dan perasaanya,
dengan sesungguh agar engkau tak melakukan apa yang menjadikan duri
dalam dada. Ketika engkau telah mampu untuk menjaga kesucian rasa yang
menggelora, dan tidak mengotorinya dengan luka yang kau hujam. Inilah
wujud hakikat pengertian yang akan mengabadikan CINTA dalam keabadian
rasa yang terjaga.
Komentar