temen q
Protagonis
panggung masih ramai
tirai juga belum diturunkan
lakon masih separuh jalan
tapi aku sudah lelah..
Aku tanggalkan sayap
juga tiara yang melingkar di kepala
aku lelah hati berperan
jadi peri putih berlapang kasih
aku memilih tuk berhenti
hanya ingin menjadi seperti
mengigit ketika digigit
melawan ketika terancam
lelah terus menangkis atau berlalu memutar arah hanya karena tak ingin ada yang terlukai
tak ingin lagi menjadi putih
lelaki, itu keras laksana besi tempahan
tak pernah kilat berhenti menyambar di kedua manik matanya
suaranya mengelegar memecah langit hingga awan menggigilkan hujan
tak ada melankolis dalam hidupnya
bahkan kisah cinta seharum rama dan shinta tak palingkan wajahnya pada ikrar setia
tidak juga kan henti tolehnya pada bunga secantik seroja pun
mengendus bauan surga dunia seharum kasturi sekali pun
tampak uraturat besi pada wajah seginya
tak setitik keteduhan
deru nafas jalang meraja udara
sampai seketika
seorang bocah kecil datang padanya
dan memanggilnya ...papa
lumer sudah tonggak besi itu menjadi danau...hati
kedua mata kecilnya mengintip di balik tirai
bayangan hujan di depan sana begitu menggodanya
"ibu, dari mana datangnya hujan"
"dari awan yang terpecahkan oleh kilat"
"ibu, bila hujan bagaimana dengan Tuhan?"
"Tuhan ada di atas sana dan di dalam hati kita"
"pasti Tuhan kebasahan dan mengigil kedinginan?"
"Tuhan mengigil karena angkara murka, karena kezhaliman dan kebodohan manusia"
"ibu, biarkan Tuhan berteduh di rumah kita"
senyap sesudahnya...
Lalu tirai dibuka pintu dilebarkan
"nak, keluarlah bermainlah hujan"
lalu langkah kecilnya menari-nari di bawah rinai hujan bersama Tuhannya.
sketsa hati
panggung masih ramai
tirai juga belum diturunkan
lakon masih separuh jalan
tapi aku sudah lelah..
Aku tanggalkan sayap
juga tiara yang melingkar di kepala
aku lelah hati berperan
jadi peri putih berlapang kasih
aku memilih tuk berhenti
hanya ingin menjadi seperti
mengigit ketika digigit
melawan ketika terancam
lelah terus menangkis atau berlalu memutar arah hanya karena tak ingin ada yang terlukai
tak ingin lagi menjadi putih
lelaki, itu keras laksana besi tempahan
tak pernah kilat berhenti menyambar di kedua manik matanya
suaranya mengelegar memecah langit hingga awan menggigilkan hujan
tak ada melankolis dalam hidupnya
bahkan kisah cinta seharum rama dan shinta tak palingkan wajahnya pada ikrar setia
tidak juga kan henti tolehnya pada bunga secantik seroja pun
mengendus bauan surga dunia seharum kasturi sekali pun
tampak uraturat besi pada wajah seginya
tak setitik keteduhan
deru nafas jalang meraja udara
sampai seketika
seorang bocah kecil datang padanya
dan memanggilnya ...papa
lumer sudah tonggak besi itu menjadi danau...hati
kedua mata kecilnya mengintip di balik tirai
bayangan hujan di depan sana begitu menggodanya
"ibu, dari mana datangnya hujan"
"dari awan yang terpecahkan oleh kilat"
"ibu, bila hujan bagaimana dengan Tuhan?"
"Tuhan ada di atas sana dan di dalam hati kita"
"pasti Tuhan kebasahan dan mengigil kedinginan?"
"Tuhan mengigil karena angkara murka, karena kezhaliman dan kebodohan manusia"
"ibu, biarkan Tuhan berteduh di rumah kita"
senyap sesudahnya...
Lalu tirai dibuka pintu dilebarkan
"nak, keluarlah bermainlah hujan"
lalu langkah kecilnya menari-nari di bawah rinai hujan bersama Tuhannya.
sketsa hati
Komentar