menunggu pulang
AKU melihat sepasang suami istri yang buta berjalan dngn anaknya yang berumur 9 tahun namun tak buta..mereka asyik bercanda.dengan wajah bahagia..ketika mereka istirahat duduk di bawah pohon yang rindang..ku dekati mereka..ku lihat wajah si anak yang polos namun sorot matanya terlihat tajam namun ramah..
Sifat ingin tau ku mulai hadir kutanya "MAAF bu....bagaimana kalian bisa mendidik anak kalian dan menjaga sedang kalian buta? bukankah kalian tak bisa melihat jika anak kalian waktu kecil akan terjatuh?"
Tiba-tiba yang menjawab adalah si bapak"maaf nak,ibu buta ,bisu ,tuli,dia tak kan dengar tanyamu namun dia tau hadirmu nak..aku buta namun akal dan hatiku tak buta..ku serahkan kepada ALLAH smua ini nak..aku mohon tuntunanNYA dan LINDUNGANNYA"lalu si bapak berhenti sejenak..."taukah nak...aku dapatkan sebuah doa dari anakku...tatkala dia membaca sebuah ayat ALLAH yang diajarkan oleh guru ngajinya tanpa sengaja aku mendengar...itu buat aku bersyukur..ini ayatnya nak...
"Dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja beribadah." (An Nahl: 114)"
ku terharu dan ku berkaca pada diriku..sesungguhnya aku masih buta....lalu aku pamit "maafkan aku yang masih buta akal dan hati ini pak.."...jawabnya" Bersyukurlah maka kau akan melihat.." SUBHANALLAH...tangisku berderai....
Doa Abu Nawas
Sifat ingin tau ku mulai hadir kutanya "MAAF bu....bagaimana kalian bisa mendidik anak kalian dan menjaga sedang kalian buta? bukankah kalian tak bisa melihat jika anak kalian waktu kecil akan terjatuh?"
Tiba-tiba yang menjawab adalah si bapak"maaf nak,ibu buta ,bisu ,tuli,dia tak kan dengar tanyamu namun dia tau hadirmu nak..aku buta namun akal dan hatiku tak buta..ku serahkan kepada ALLAH smua ini nak..aku mohon tuntunanNYA dan LINDUNGANNYA"lalu si bapak berhenti sejenak..."taukah nak...aku dapatkan sebuah doa dari anakku...tatkala dia membaca sebuah ayat ALLAH yang diajarkan oleh guru ngajinya tanpa sengaja aku mendengar...itu buat aku bersyukur..ini ayatnya nak...
"Dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja beribadah." (An Nahl: 114)"
ku terharu dan ku berkaca pada diriku..sesungguhnya aku masih buta....lalu aku pamit "maafkan aku yang masih buta akal dan hati ini pak.."...jawabnya" Bersyukurlah maka kau akan melihat.." SUBHANALLAH...tangisku berderai....
Doa Abu Nawas
Abu Nawas itu tidak selamanya bersikap konyol. Kadang-kadang timbul kedalaman hatinya yang merupakan bukti kesufian dirinya. Bila sedang dalam kesempatan mengajar, ia akan memberikan jawaban-jawaban yang berbobot sekalipun ia tetap menyampaikannya secara ringan.
Seorang murid Abu Nawas ada yang sering mengajukan macam-macam pertanyaan. Tak jarang ia juga mengomentari ucapan-ucapan Abu Nawas jika sedang memperbincangkan sesuatu. Ini terjadi saat Abu Nawas menerima tiga orang tamu yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Abu Nawas.
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” Ujar orang yang pertama.
“Orang yang mengerjakan dosa kecil,” Jawab Abu Nawas.
“Mengapa begitu,” Kata orang pertama mengejar.
“Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah,” Ujar Abu Nawas. Orang pertama itupun manggut-manggut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.
Giliran orang kedua maju. Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sama:
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” Tanyanya.
“Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan keduanya,” Ujar Abu Nawas.
“Mengapa demikian?” Tanya orang kedua lagi.
“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu pengampunan Allah sudah tidak diperlukan lagi,” Ujar Abu Nawas santai.
Orang kedua itupun manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas dalam hatinya.
Orang ketiga pun maju, pertanyaannya pun juga seratus persen sama:
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” Tanyanya.
“Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama,” Ujar Abu Nawas.
“Mengapa bisa begitu?” Tanya orang ketiga itu lagi.
“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besarnya dosa hamba-Nya,” Ujar Abu Nawas kalem.
Orang ketiga itupun merasa puas argumen tersebut. Ketiga orang itupun lalu beranjak pergi.
***
Si murid yang suka bertanya kontan berujar mendengar kejadian itu:
“Mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan tiga jawaban yang berbeda,” Katanya tidak mengerti.
Abu Nawas tersenyum:
“Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” Jawab Abu Nawas.
“Apakah tingkatan mata itu?” Tanya si murid.
“Seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang tampak dimatanya,” Jawab Abu Nawas memberi perumpamaan.
“Lalu apakah tingkatan otak itu?” Tanya si murid lagi.
“Orang pandai yang melihat bintang di langit, ia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan,” Jawab Abu Nawas.
“Dan apakah tingkatan hati itu?” Tanya si murid lagi.
“Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit, ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil sekalipun ia tahu yang sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT,” Jawab Abu Nawas sambil tersenyum.
Si murid pun mafhum. Ia lalu mengerti mengapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda. Tapi si murid itu bertanya lagi.
“Wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?” Tanyanya.
“Mungkin,” Jawab Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu.
“Bagaimana caranya?” Tanya si murid lagi.
“Manusia bisa menipu Tuhan dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa,” Ujar Abu Nawas.
“Kalau begitu, ajarilah aku doa itu, wahai guru,” Ujar si murid antusias.
Syair (Doa abu Nawas)
Ilahi lastu lilfirdausi ahla,
Walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi,
Fainaka ghafirudz- dzanbil ‘adzimi….
Dzunubi mitslu a’daadir- rimali,
Fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi,
a dzanbi zaaidun kaifa –htimali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak,
Muqirran bi dzunubi
Wa qad di’aaka Fain taghfir fa anta lidzaka ahlun,
Wain tadrud faman narju siwaaka
Wahai Tuhanku… tidak layak aku masuk ke dalam sorga-Mu,
Tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon taubat dan mohon ampun atas dosaku,
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa….
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai,
Maka anugerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan,
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
Sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, apalah dayaku
Wahai Tuhanku… hamba-Mu penuh maksiat,
Datang kepada-Mu bersimpuh memohon Ampunan
Jika Engkau ampuni memang Engkau adalah Pemilik Ampunan,
Tetapi jika Engkau tolak maka kepada siapa lagi aku berharap?
SUNGGUH cerdik ABU NAWAS....
ku ambil dari catatan
"Suara Al-Fakir" semoga manfaat...amin.
hemm
JANJIKU bukan terhadapmu tapi terhadap ALLAH SWT.Jujur tidaknya janjiku disaksikan MAHA PENCIPTA.Tak perlu kau sodorkan pisau di leherku untuk sebuah pengakuan dari janjiku,karna bukan untukmu.
Cinta ku, lahir sebelum api cinta dinyalakan, dan sebelum sumbu cinta dikobarkan...Mataku bergerak seiring gerakanmu. Pandangan mataku mengarah pada apa yang kau pandang.Tak kan berpaling darimu selama kau ijinkan.
AKU iyakan apa yang kau ucapkan,meski mustahil belaka.Kuterima begitu saja smua katamu.Hingga aku menerima kebohonganmu..walau menyesakkan dadaku.masih stia di sisimu..
TETAP ku ingin di sampingmu,tanpa melihat apakah laraku harus ku balas dengan amarahku.ku jaga lidahku saat kau tak suka ku berkata lagi.KU PERGI saat kau pamit.
AKU melihat gerakanmu yang aku tak boleh melihat..kau sembunyikan karna rasa takutmu,sedangkan kau lupa ALLAH MAHA MELIHAT.
KEBEKUANKU selama ini tentang cinta leleh karna cintaku padamu,diamku berubah banyak bicara,cinta tlah merubah diriku yang penakut menjadi pemberani.
Tawaku dan tangisku berubah makna karna cintaku padamu.
KINI CINTAKU DINGIN KEMBALI WALAU TERASA PANAS DALAM GENGGAMAN..
PENGEMBARA bintang dan bulan kini hanya dapat menatap hadirnya tanpa mampu menjamah..selain KEHENDAK-NYA.
KINI kutelisuri sungai...ku mandikan diriku...kupakai jubahku lagi...HARAPKU tabir penutup Qolbuku terhadap cinta dunia tak akan tersibak ...kuingin jiwaku bersatu dengan kehendak ALLAH dan CAHAYA-NYA ...serta menyerahkan sesuai dengan kehendak-NYA tanpa gerakku... yang ada hanya kehendak-NYA,
SEANDAINYA sebutir dzarrah (benda terkecil) keimanan dalam qalbu ku semoga bisa memperoleh Syafaat mu yaa RosulALLAH..dan RAHMAT-MU ku mohon selalu dalam tiap tarikan dan hembusan nafasku..AMIN YAA ROBB
Seorang murid Abu Nawas ada yang sering mengajukan macam-macam pertanyaan. Tak jarang ia juga mengomentari ucapan-ucapan Abu Nawas jika sedang memperbincangkan sesuatu. Ini terjadi saat Abu Nawas menerima tiga orang tamu yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Abu Nawas.
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” Ujar orang yang pertama.
“Orang yang mengerjakan dosa kecil,” Jawab Abu Nawas.
“Mengapa begitu,” Kata orang pertama mengejar.
“Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah,” Ujar Abu Nawas. Orang pertama itupun manggut-manggut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.
Giliran orang kedua maju. Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sama:
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” Tanyanya.
“Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan keduanya,” Ujar Abu Nawas.
“Mengapa demikian?” Tanya orang kedua lagi.
“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu pengampunan Allah sudah tidak diperlukan lagi,” Ujar Abu Nawas santai.
Orang kedua itupun manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas dalam hatinya.
Orang ketiga pun maju, pertanyaannya pun juga seratus persen sama:
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” Tanyanya.
“Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama,” Ujar Abu Nawas.
“Mengapa bisa begitu?” Tanya orang ketiga itu lagi.
“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besarnya dosa hamba-Nya,” Ujar Abu Nawas kalem.
Orang ketiga itupun merasa puas argumen tersebut. Ketiga orang itupun lalu beranjak pergi.
***
Si murid yang suka bertanya kontan berujar mendengar kejadian itu:
“Mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan tiga jawaban yang berbeda,” Katanya tidak mengerti.
Abu Nawas tersenyum:
“Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” Jawab Abu Nawas.
“Apakah tingkatan mata itu?” Tanya si murid.
“Seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang tampak dimatanya,” Jawab Abu Nawas memberi perumpamaan.
“Lalu apakah tingkatan otak itu?” Tanya si murid lagi.
“Orang pandai yang melihat bintang di langit, ia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan,” Jawab Abu Nawas.
“Dan apakah tingkatan hati itu?” Tanya si murid lagi.
“Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit, ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil sekalipun ia tahu yang sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT,” Jawab Abu Nawas sambil tersenyum.
Si murid pun mafhum. Ia lalu mengerti mengapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda. Tapi si murid itu bertanya lagi.
“Wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?” Tanyanya.
“Mungkin,” Jawab Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu.
“Bagaimana caranya?” Tanya si murid lagi.
“Manusia bisa menipu Tuhan dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa,” Ujar Abu Nawas.
“Kalau begitu, ajarilah aku doa itu, wahai guru,” Ujar si murid antusias.
Syair (Doa abu Nawas)
Ilahi lastu lilfirdausi ahla,
Walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi,
Fainaka ghafirudz- dzanbil ‘adzimi….
Dzunubi mitslu a’daadir- rimali,
Fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi,
a dzanbi zaaidun kaifa –htimali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak,
Muqirran bi dzunubi
Wa qad di’aaka Fain taghfir fa anta lidzaka ahlun,
Wain tadrud faman narju siwaaka
Wahai Tuhanku… tidak layak aku masuk ke dalam sorga-Mu,
Tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon taubat dan mohon ampun atas dosaku,
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa….
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai,
Maka anugerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan,
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
Sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, apalah dayaku
Wahai Tuhanku… hamba-Mu penuh maksiat,
Datang kepada-Mu bersimpuh memohon Ampunan
Jika Engkau ampuni memang Engkau adalah Pemilik Ampunan,
Tetapi jika Engkau tolak maka kepada siapa lagi aku berharap?
SUNGGUH cerdik ABU NAWAS....
ku ambil dari catatan
"Suara Al-Fakir" semoga manfaat...amin.
hemm
JANJIKU bukan terhadapmu tapi terhadap ALLAH SWT.Jujur tidaknya janjiku disaksikan MAHA PENCIPTA.Tak perlu kau sodorkan pisau di leherku untuk sebuah pengakuan dari janjiku,karna bukan untukmu.
Cinta ku, lahir sebelum api cinta dinyalakan, dan sebelum sumbu cinta dikobarkan...Mataku bergerak seiring gerakanmu. Pandangan mataku mengarah pada apa yang kau pandang.Tak kan berpaling darimu selama kau ijinkan.
AKU iyakan apa yang kau ucapkan,meski mustahil belaka.Kuterima begitu saja smua katamu.Hingga aku menerima kebohonganmu..walau menyesakkan dadaku.masih stia di sisimu..
TETAP ku ingin di sampingmu,tanpa melihat apakah laraku harus ku balas dengan amarahku.ku jaga lidahku saat kau tak suka ku berkata lagi.KU PERGI saat kau pamit.
AKU melihat gerakanmu yang aku tak boleh melihat..kau sembunyikan karna rasa takutmu,sedangkan kau lupa ALLAH MAHA MELIHAT.
KEBEKUANKU selama ini tentang cinta leleh karna cintaku padamu,diamku berubah banyak bicara,cinta tlah merubah diriku yang penakut menjadi pemberani.
Tawaku dan tangisku berubah makna karna cintaku padamu.
KINI CINTAKU DINGIN KEMBALI WALAU TERASA PANAS DALAM GENGGAMAN..
PENGEMBARA bintang dan bulan kini hanya dapat menatap hadirnya tanpa mampu menjamah..selain KEHENDAK-NYA.
KINI kutelisuri sungai...ku mandikan diriku...kupakai jubahku lagi...HARAPKU tabir penutup Qolbuku terhadap cinta dunia tak akan tersibak ...kuingin jiwaku bersatu dengan kehendak ALLAH dan CAHAYA-NYA ...serta menyerahkan sesuai dengan kehendak-NYA tanpa gerakku... yang ada hanya kehendak-NYA,
SEANDAINYA sebutir dzarrah (benda terkecil) keimanan dalam qalbu ku semoga bisa memperoleh Syafaat mu yaa RosulALLAH..dan RAHMAT-MU ku mohon selalu dalam tiap tarikan dan hembusan nafasku..AMIN YAA ROBB
sketsa hati
Komentar