http://wallpaperz4iphone.blogspot.com
selampang indah penuh haru
atas nikmat yang selalu ada
pada cermin yang mulai bisa bergincu
pada tembok yang hilang akan kusam
pada dinding yang indah dalam cerah
terus menebar lirih akan rasa
mengaliri di laut yang tak terselami
berbondong ikan menebar kais
menyebar karang di pahat rindu
pada ombak yang tak pernah hadir
di kesunyian dingin yang terus ada
bentang jala pada pekat buih
bergesek di keriuhan terang
berdentang di kerinduan siang
terus betanya pada sel tubuh yang koyak
pada biji sawi yang tercatat
atas laku dan tindak yang terlakukan
pada nadi yang menjulur kaku
pada sendi yang mecerca raga
terus mencari di kedalaman sunyi
Bergelut pada malam
di ruang sunyi yang terpahat
di awan mendung
Bertapa pada bukit
yang penuh rindang
Berdekap pada gunung
yang tak berkabut
Berselancar pada buih laut
yang tak bedebu
Terus membuncah
pada rasa yang terus ada
Menggapai mentari
yang tak juga bernyanyi
Lelah dalam penantian
pada indah ghoib
Pada rasa yang tertinggal
di dinding batu
Tak berbingkai
tak bersuara
Hanya lenguh panjang
yang tak berkedip
Pada indah mata yang tak terpejam
Dalam buai rindu
Dalam hentak rasa
Dalam senyum manja
Dalam lirk mesra
Dalam sabda jiwa yang letih
Rentak pada gerak
Gerak pada getar
Getar pada luruh
di rindu malam
aku tersentak pada lamun
pada indah beranda
yang tergurat indah kata
mengurai makna yang tersirat
pada rasa yang terbenam
di laut maya yang dalam
secarik bayang hadir
membasuh indah hati
mengulum pada senyum
indah rasa yang ingin ada
mengenal hanya nama
tak ada wujud
jauh di jarak dekat di rasa
KIRANA MAHADEWI
terlamun pada indah nama
hanya pikir hanya kira
masih bayang tak bisa terbaca
kutulis kata pada indah beranda
ku tulis syair pada hatinya
tuk bisa dkat
pada indah namanya
KIRANA MAHADEWI
lama tak jumpa pada maya yang selalu tarlampir di beranda
hanya pandang sekillas tak pernah ada sapa
terdiam selalu terdiam
apakah indah alamku sudah tak membirukan rasamu
tak menghantarkan rindumu
tak berikan damai pda indah ragaku
ku terus cari dalam bayang
dalam ingat akan pikir
setiap hadir pada ingin
menghantar rindu yang ku sebar
pada indah rasamu
pada indah cahayamu
pada semua yang ada di ragamu
mengantar rindu yang terpahat
pada dinding beranda
memgintai siang
merindu malam
tetap saja hilang di telan rembulan
tak tersapa pada mentari
tak terucap pada angin
ku kabarkan pada angin
ku kabarkan pada laut
hanya bayang selalu ada
atas indahmu sahabat
iin wiyartini
Hai manusia.......
jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dari kubur)
maka (ketahuilah) sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah
kemudian dari setetes mani
kemudian dari segumpal darah
kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna
agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim
apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan
kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur- angsur)
kamu sampailah kepada kedewasaan
dan di antara kamu ada yang diwafatkan
dan (adapula) di antara kamu
yang dipanjangkan umurnya sampai pikun
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun
yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah
dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.
Hai manusia.........
sembahlah Tuhanmu
Yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu
agar kamu bertakwa
Dialah Yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu
dan langit sebagai atap
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu
karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah
padahal kamu mengetahui.
Hai manusia......
bertakwalah kepada Tuhanmu
sesungguhnya keguncangan hari kiamat
itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)
(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu
lalailah semua wanita yang menyusui anaknya
dari anak yang disusuinya
dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil
dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk
padahal sebenarnya mereka tidak mabuk
akan tetapi azab Allah itu sangat keras.
Titah telah ada dalam firman
telah tercipta seorang insan
berasal dari lumpur hitam
terbentuk dalam tubuh bernama ADAM
Perintah telah terucap pada malaikat dan iblis
untuk bersujud pada ADAM
makhluk yang sempurna
yang mempunyai lebih pada akal
Malaikat bersujud atas perintahNYA
Iblispun enggan atas firman terlampir
Atas kesombongan dari mana dia tercipta
dari api iblis tercipta lebih baik atas tanah
firman terlampir pada iblis atas marah DIA
pada mahkluk yang membangkang
"Turunlah kamu dari surga itu
tidak sepatutnya menyombongkan diri
keluarlah sesungguhnya kamu orang orang yang hina"
Iblis menjawab dengan angkuh terucap
"beri tanggulah saya,sampai manusia di bangkitkan"
atas cinta dan ampunnya
DIA memberi tangguh akan perbuatan iblis yang ada
Janji IBLIS yang murka atas hukum yang ada
Karena Engkau telah menghukum saya tersesat
saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka
dari jalan Engkau yang lurus,
kemudian kami datangi mereka dari depan dari belakang
dari kanan dan kiri mereka,hingga mereka tak bersyukur"
Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
Dalam hening malam
duduk terpikir dalam makna
berdiam seperi batu
Merenung akan cipta diri
dari benda apa diri tercipta
terus mencari akan kaji diri
tercipta dari air yang kotor
akan hasrat nafsu atau cinta
keluar dari antara
tulang pinggul dan tulang rusuk
Jalan terus terlewati
akan hidup yang terjalani
menuai kotor akan laku
membilas bersih akan tindak
hingga masa yang tersisa
pada waktu yang tersia
DIHIDUPKAN KEMBALI
Sesungguhnya Dia berkuasa
menghidupkannya kembali
sesudah ia mati.
Pada hari tersingkapnya segala rahasia.
tidak mampu mengelakkan diri dari takdir Tuhan
tidak ada pula yang akan menolongnya.
Demi angkasa yang mengandung hu
RINDU terlampir
Pada cermin yang berserak
Terhampar pada lantai
Terus mencari
Pada dinding yang diam
Tak bicara tak bersapa
Hanya melenguh tak bergerak
Rindu akan malam
Rindu pada siang
Yang menetas rasa
Akan indah makna
Terus bergejolak
Pada indah cermin
Yang tertempel debu
Rindu mengguncang dada
Menjalar pada tanah yang basah
Mengental pada air yang beku
Rasakan rindu mengalir
Pada kental darahmu
Pada alir nadimu
Menghntak jantungmu
Meraba sendi hati
Meremas sendi raga
Menjalar pada senyum
Tergurat pada tawa
RINDU
Demi masa
jalan terus berdentang
pada liku yang terjalani
menapak pada laku
yang terus saja berjalan
berkejar dengan ingin
yang terus bergelora
mencari harap pada dunia
berlimpah akan harta
berlimpah akan ilmu
berlimpah akan bahagia
Masa terus berjalan
pada indah poros waktu
terus menyekat dalam buai
mengikat raga akan letih
menjerat jiwa akan lelah
berbondong pada kosong
berbaris dengan hanpa
Kisah pada wahyu
ucap yang terbaca
tertulis pada kitab suci
semua manusia merugi
pada waktu yang terbuang
terkecuali tersampaikan
mereka yang selalu beramal saleh
saling menasehati
kebenaran dan kesabaran.
Cermin terkaca pada diri
melihat ke dalam hati
menerawang pada qolbu
tak ingin tersia pada masa yang ada
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Ashr: 1-3)
peilta yang kini kian redup
masa yang terus berjalan
deru rasa yang kian pudar
pada buai indah akan cerita'
terus bergelayut pada awan
berbincang pada rembulan
hanya diam
tak beranjak rasa yang tak bergeming
bisu makna yang menguntit sendi
luruh pada raga yang letih
mencari pada sejuta bayang
berpendar cahaya yang akan karam
terbaring pada tanah yang terpijak
haruskah ini terus terjadi?????
tersenyum duhai dewi rembulan
atas kisah yang terus terbaca
bait dan syair terus bergema
terdengar menbahana rasa
menyibak mentari yang kian bersinar
menggalau gelap dalam terang
LETIH.
Pada cermin yang berserak
Terhampar pada lantai
Terus mencari
Pada dinding yang diam
Tak bicara tak bersapa
Hanya melenguh tak bergerak
Rindu akan malam
Rindu pada siang
Yang menetas rasa
Akan indah makna
Terus bergejolak
Pada indah cermin
Yang tertempel debu
Rindu mengguncang dada
Menjalar pada tanah yang basah
Mengental pada air yang beku
Rasakan rindu mengalir
Pada kental darahmu
Pada alir nadimu
Menghntak jantungmu
Meraba sendi hati
Meremas sendi raga
Menjalar pada senyum
Tergurat pada tawa
RINDU
Demi masa
jalan terus berdentang
pada liku yang terjalani
menapak pada laku
yang terus saja berjalan
berkejar dengan ingin
yang terus bergelora
mencari harap pada dunia
berlimpah akan harta
berlimpah akan ilmu
berlimpah akan bahagia
Masa terus berjalan
pada indah poros waktu
terus menyekat dalam buai
mengikat raga akan letih
menjerat jiwa akan lelah
berbondong pada kosong
berbaris dengan hanpa
Kisah pada wahyu
ucap yang terbaca
tertulis pada kitab suci
semua manusia merugi
pada waktu yang terbuang
terkecuali tersampaikan
mereka yang selalu beramal saleh
saling menasehati
kebenaran dan kesabaran.
Cermin terkaca pada diri
melihat ke dalam hati
menerawang pada qolbu
tak ingin tersia pada masa yang ada
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Ashr: 1-3)
peilta yang kini kian redup
masa yang terus berjalan
deru rasa yang kian pudar
pada buai indah akan cerita'
terus bergelayut pada awan
berbincang pada rembulan
hanya diam
tak beranjak rasa yang tak bergeming
bisu makna yang menguntit sendi
luruh pada raga yang letih
mencari pada sejuta bayang
berpendar cahaya yang akan karam
terbaring pada tanah yang terpijak
haruskah ini terus terjadi?????
tersenyum duhai dewi rembulan
atas kisah yang terus terbaca
bait dan syair terus bergema
terdengar menbahana rasa
menyibak mentari yang kian bersinar
menggalau gelap dalam terang
LETIH.
Apa kabar dengan cinta
yang menggelitik pada tebing hati
bersandar pada bilik rasa
terus menerjang asa
bergemuruh pada rasa ingin
Berpendar pada rasa hangat
mengguliti siang akan rasa rindu
menikam malam akan rasa pikir
bergemuruh pada indah raga
Terpancar pada secarik wajah
berdentam pada seutas senyum
menggilir suka akan cita
Membekuk sedih pada rasa duka
jalan aral menghadang
pada satu akan nikmat
membelai rasa akan padu
Bersatu buai pada mahligai kasih
Bersemi dalam keindahan hati
menuju puncak tebing surgawi
yang menggelitik pada tebing hati
bersandar pada bilik rasa
terus menerjang asa
bergemuruh pada rasa ingin
Berpendar pada rasa hangat
mengguliti siang akan rasa rindu
menikam malam akan rasa pikir
bergemuruh pada indah raga
Terpancar pada secarik wajah
berdentam pada seutas senyum
menggilir suka akan cita
Membekuk sedih pada rasa duka
jalan aral menghadang
pada satu akan nikmat
membelai rasa akan padu
Bersatu buai pada mahligai kasih
Bersemi dalam keindahan hati
menuju puncak tebing surgawi
Komentar